BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan baik karakteristik fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase terdispersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah ”dibasahi” oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut ”zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan partikel tersebut dan kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk.
Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill), pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper. Begitu serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponen-komponen formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid, dan bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan.
.
1.2 Tujuan
a.
Untuk mengetahui sediaan suspense
b.
Mengetahui proses pembuatan sediaan
suspense
1.3 Manfaat
a. Mengetahui kekurangan dan kelebihan
sediaan suspense
b.Memahami
proses pembuatan suspense
c.
Mengetahui macam-macam golongan sediaan suspensi
d. Mengetahui bahan yang baik untuk sediaan suspense
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian
Suspensi
adalah sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terspersi
dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah :
1.
Suspeni oral adalah sediaan cair
mengandung partikel dapat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi
yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan ini.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran
padat yang harus dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan.
2.
Suspensi topikal adalah sediaan cair
mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan
untuk pengguanan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai
“lotio” termasuk dalam kategori ini.
3.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan
cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga
bagian luar.
4.
Suspensi optalmik adalah sedaan cair
steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi agar
tidak menimbulka iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak
boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.
5.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan
berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan
secara intravena atau kedalam larutan spinal.
6.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi
adalah sediaan kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan
yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan
yang sesuai.
2.2. Stabilitas suspensi
Salah satu problem yang dihadapu dalam proses pembuatan suspensi
adalah memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homo genitas dari
partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas
suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
o
Ukuran partikel
Ukuran
partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas
penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin
besar ukuran partikel ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam
volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan
keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel.
o
Kekentalan (viscositas)
Kekentalan
suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental susu caira kecepatan alirannya makin turun(kecil). Kecepatan aliran dari
cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat
didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan , gerakan turun
dari partikel yang kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”
Keterangan : V = kecepatan aliran.
d = diameter dari
partikel
=
berat jenis dari partikel
o = berat jenis cairan
g = gravitasi
12 n = viskositas cairan
o
Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila
didalam suatu ruangan berisi partikel dalm jumlah besar, maka partikel tersebut
akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
o
Sifat atau muatan partikel
Dalam
suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi
antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah mempengaruhi sifat alam. Maka kita
tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi ddidefinisikan sebagai
kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap
terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi
kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan
dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan
selanjutnya membentuk cimpacted cake
dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor
konsetrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak
dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis
dalamresep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau
disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan
pertolongan mixer, homogeniser colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas
fase eksternak dapat dinaikkan denan penambahan zat pengental ini sering
disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah
berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
I.
Bahan pensuspensi dari alam
Bahan
pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut
atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mengikat
air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan
terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan
menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengruhi oleh panas, ph dan fermentasi bakteri.
Hal
ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :
ü Simpan
2 botol yang berisi mucilago sejenis.
ü Satu
botol ditambah dengan asm dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat
yang sama.
ü Setelah
beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asm dan dipanaskan
mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa
pemanasan.
Termasuk
golongan gom adalah :
Ø Acasia
(pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia
sp,dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas
optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang
menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan
viskositas yang nyata. Mucilago gom arab denan kadar 35% kekentalannya
kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga
dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet(preservatif).
Ø Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus
dan mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkihol, bersifat
alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh
industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak
oleh bakteri, sehingga perlu ditambahkan bahan pengawet untuk suspensi
tersebut.
Ø Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman
astragalus gumnifera. Tragcanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk
mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, mucilago tragacath lebih
kental dari mucilago dari gom arab.mucilago tragacanth baik sebagai
stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
Ø Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang
laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat.
Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri
sehingga suspensi dalam algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai
sebagai suspending agent umumnya 1 -2 %.
Golongan bukan gom
Suspending agent dari
alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk
tujuan menambah stabilitas suspensi ada tiga macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liatdimasukkan
kedalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan.
Peristiwa ini disebut tiksotrofi.
Karena peristiwa tersebut, kekentalancairan akan bertambah sehingga stabilitas
dari suspensi menjadi lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat
tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam
suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan
suspensi dari bahan tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas
dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik,
bukan golongan karbohidrat.
II.
Bahan pensuspensi sintesis
·
Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil
selulosa (methol, tylose), karbrsi metil selulosa (CMC), hidroksi metil
selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor,
misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuanmenambah vislositas dari
cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya semakin besar angkanya bearti
kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan
tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi
selain untuk bahan pensuspensi juga diginakan sebagai laksansia dan bahan
penghancur (disintergator) dalam pembuatan tablet.
·
Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah
Cabophol 934 (nama dagang suatu pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam,
sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit,serta
sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan
pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%.
Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.
2.3.
Cara mengerjakan obat dalam suspensi
·
Metode pembuatan suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
§ Metode
dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan
obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu
diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk
dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada
serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukkan udara sehingga sukar
dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak
antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 90 º serbuk akan
mengambang diatas cairan . serbuk yang demikian disebut memiliki sifat
hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antar partikel zat padat dengan
cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau welling agent.
§ Metode
praesipitasi
Zat yang hendak didespersi dilarutkan
dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut
dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan
tetapi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Caiaran organik
tersebut adalah etanol, propilenglikol dan polietilenglikol.
·
Sistem pembentukan suspensi
§ Sistem
flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel
terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi
cake dan mudah tersuspensi kembali.
§ Sistem
deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel
deflokulasi mengendap dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi
akhirnya terbentuk cake yang keras dan sulit tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel
flokulasi dan deflokulasi adalah :
Ø Deflokulasi
o
Partikel suspensi dalam keadaan terpisah
satu dengan yang lain.
o
Sedimentasi yang terjadi lambat
masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
o
Sedimen terbentuk lambat.
o
Akhirnya sedimen akan membentuk cake
yang keras dan sukar terdispersi lagi.
o
Ujud suspensi menyenangkan karena zat
tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan
atas berkabut.
Ø Flokulasi
o
Partikel merupakan agregat yang bebas.
o
Sedimen terjadi cepat
o
Sedimen terbentuk cepat
o
Sedimen tidak membentuk cake yang keras
dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula
o
Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab
sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan
nyata.
2.4.
Formulasi suspensi
Membuat
suspensi stabil secara fisis ada 2 katagori :
§ Penggunaan”structured vehicle” untuk menjaga
partikel deflokulasi dalam suspensi structure
vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan
lain-lain.
§ Penggunaan
prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat
pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokasi ialah :
1. Partikel
diberi zat pembasah dan dispersi medium.
2. Lalu
ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau
polimer.
3. Diperoleh
suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4. Apabila
dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah stucture vehicle.
5. Produk
akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structure vehicle.
Bahan pemflokulasi yang
digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan, atau polimer. Untuk
partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif
dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif
digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase.
Suspensi sulfameranzin yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Alumunium
trichlorida).
Bahan pengawet.
Penambahan bahan lain
dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan
bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang
menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh
bakteri.
Sebagai bahan pengawet
dapat digunakan butil para benzoat (1:1250), etil p. Benzoat (1:14000),
nipasol, nipagin ± 1 %. Disamping itu, banyak pula digunakan garam komplek dari
mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan
tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil mercuri chlorida, fenil
mercuri asetat.
2.5.
Penilaian stabilitas suspensi
1. Volume
sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume
sedimentasi akhir (Va) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum
mengendap.
2. Derajat
flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir
dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi
(Voc).
3. Metode
reologi
Berhubungan dengan faktor sedimen dan
redispersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle
dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan
ukuran partikel
Digunakan carafreeze – thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik
beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat
pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel
dan sifat kristal.
2.6. Kelemahan
dan Keuntungan suspensi
1)
Keuntugan
sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo,
yang dapat memperlambat terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam
bentuk larutan.
c. Obat dalam
sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa
obat yang tergantung kelarutannya.
2)
Kerugian
bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Rasa obat
dalam larutan lebih jelas.
b.Tidak praktis
bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan
kapsul.
c. Rentan
terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan
dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN
3.1 Kesimpulan
Dalam membuat sediaan suspensi kita harus
memperhatikan syarat-syarat atau karakteristik bahan yang akan digunakan
sehingga hasilnya memuaskan. Kita juga
harus mengetahui mengetahui kekurangan dan kelemahan dari sediaan suspensi
serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi formulasi pembuatan sediaan
farmasi.
3.2 Saran
Sebagai
tenaga kefarmasiaan kita harus mempelajari dan memahami tentang sediaan suspensi.
Karena sangat bermanfaat dalam dunia farmasi yang akan kita geluti.
0 Comment:
Posting Komentar