BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Penderita dengan trauma yang besar, sakit berat atau sepsis mengalami
peningkatan kebutuhan energi, peningkatan katabolisme disertai kehilangan massa
tubuh yang cepat. Meskipun pemberian nutrisi konvensional mampu dengan baik
mengatasi malnutrisi biasa, bahkan hiperalimentasi ternyata gagal mengatasi
perubahan metabolik terhadap pasien-pasien seperti diatas. Penurunan berat
badan, kehilangan otot yang mengakibatkan keseimbangan nitrogen yang negatif
tetap saja terjadi, berapapun jumlah nutrisi yang diberikan. Hal ini karena
respons metabolik pada pasien sakit kritis, trauma hebat dan atau disertai
tindakan operasi dan sepsis sangat berbeda dengan dengan penderita malnutrisi/starvasi
(kekurangan gizi akibat intake yang kurang). Selama beberapa dekade terakhir
ini jumlah energi yang diberikan pada pasien sepsis atau sakit berat termasuk
penderita trauma dengan SIRS justru menurun, karena telah dibuktikan bahwa
kebutuhan energi pasien tidaklah jauh berbeda dengan pasien normal.
Hipermetabolisme yang timbul pada kenyataannya diimbangi dengan aktifitas fisik
yang menurun. Oleh karena itu strategi untuk mengatasi kehilangan otot dan
keseimbangan nitrogen yang negatif adalah mengatasi penyebab hipermetabolisme
dan memberi tunjangan nutrisi yang adekwat dalam kualitas bukan kwantitas.
Pemahaman penyebab terjadinya hipermetabolisme ini berarti adalah pemahaman
yang jelas dari respons metabolik. Respons ini terkait dengan berbagai
reaksi akibat adanya trauma, seperti neuroendokrin, imunologis dan mencakup
berbagai macam mediator inflamasi. Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan
senantiasa dibutuhkan oleh tubuh. Penderita yang tidak dapat makan atau tidak
boleh makan harus tetap mendapat masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa
nasogastrik) atau cara parentral (intravena). Nutrisi parenteral tidak
menggantikan fungsi alamiah usus, karena itu hanya merupakan jalan pintas
sementara sampai usus berfungsi normal kembali.
Tehnik nutrisi parenteral memang tidak mudah
dan penuh liku-liku masaalah biokimia dan fisiologi. Juga harga relatif mahal
tetapi jika digunakan dengan benar pada penderita yang tepat, pada akhirnya
akan dapat dihemat lebih banyak biaya yang semestinya keluar untuk antibiotik
dan waktu tinggal dirumah sakit .Contoh kesalahan yang masih banyak ditemukan
di rumah sakit yaitu Pemberian protein tanpa kalori karbohidrat yang cukup dan
Pemberian cairan melalui vena perifer dimana osmolaritas cairan tersebut lebih
dari 900 m Osmol yang seharusnya melalui vena sentral.1,2 Jika krisis
katabolisme kecil sedang tubuh mempunyai cukup cadangan tidak timbul masalah
apapun. Penderita dewasa mudah sehat dengan status gisi yang baik, dapat
menjalani pembedahan, puasa 5 –7 hari setelah operasi sembuh dan pulang dengan
selamat hanya dengan kerugian penurunana berat badan. Tetapi pada kenyataannya
lebih banyak penderita yang kondisi awalnya sudah jelek ( berat badan kurang,
kadar albumin < 3,5 gr/dl), untuk penderita ini puasa pasca bedah / pasca
trauma 5 – 7 hari hanya mendapat infus elektrolit sudah cukup untuk mencetuskan
hipoalbuminemia, hambatan penyenbuhan luka , penurunan daya tahan tubuh
sehingga infeksi mudah menyebar. Sehingga banyak diantara penderita pasca bedah
laparotomi karena perforasi ileum ( typhus abdominalis ) , invaginasi ,
volvulus, atau hernia inkarserata kemudian mengalami kebocoran jahitan usus
yang menyebabkan peritonitis atau enterofistula ke kulit . Dengan bantuan
nutrisi yang baik penyulit-penyulit fatal ini dapat dihindari.
1.2 Rumusan Masalah
Apa itu nutrisi
parenteral?
Apakah indikasi
pemberian nutrisi parenteral?
· Apakah
komplikasi pemberian nutrisi parenteral?
· Apa sajakah hal
yang perlu diperhatikan dalam pemberian
nutrisi parenteral?
· Bagaimanakah
cara pengelolaan nutrisi parenteral?
· Bagaimanakah
cara monitoring pasien dengan nutrisi parenteral?
1.3 Tujuan
· Mengetahui
pengertian dari nutrisi parenteral
· Mengetahui
indikasi dan juga komplikasi nutrisi parenteral
· Mengetahui hal
yang perlu diperhatikan dalam pemberian nutrisi parenteral
· Mengetahui
pengelolaan dan memonitoring nutrisi parenteral
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Umum
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk
pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui
saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah
hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan
akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral
Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk
menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah.
Berdasarkan cara pemberian Nutrisi Parenteral
dibagi atas (ASPEN, 1995) :
Nutrisi Parenteral Sentral.
Nutrisi Parenteral Perifer
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada kondisi-kondisi klinis sebagai berikut :
- Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
- Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
- Pankreatitis akuta ringan.
- Kolitis akuta.
- AIDS.
- Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
- Luka bakar.
- Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness).
Pemberian nutrisi hanya efektif untuk
pengobatan gangguan nutrisi bukan untuk penyebab penyakitnya.
Status nutrisi basal dan berat ringannya
penyakit memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian
nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang
nyata lebih membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-orang yang
menderita kelaparan tanpa komplikasi. Pasien-pasien dengan kehilangan zat
nutrisi yang jelas seperti pada luka dan fistula juga sangat rentan terhadap
defisit zat nutrisi sehingga membutuhkan nutrisi parenteral lebih awal dibandingkan
dengan pasien-pasien yang kebutuhan nutrisinya normal.
Secara umum, pasien-pasien dewasa yang stabil
harus mendapatkan dukungan nutrisi 7 sampai dengan 14 hari setelah tidak
mendapatkan nutrisi yang adekuat sedangkan pada pasien-pasien kritis, pemberian
dukungan nutrisi harus dilakukan dalam kurun waktu 5 sampai dengan 10 hari
(ASPEN, 2002).
Nutrisi Parenteral pada pasien anak-anak
diberikan lebih awal dibandingkan dengan pasien-pasien dewasa, biasanya 1 hari
setelah lahir pada neonatus dan bayi dengan berat badan lahir yang rendah, dan
antara 5 sampai 7 hari bagi anak-anak yang lebih dewasa yang tidak dapat
mencukupi kebutuhan nutrisinya hanya melalui oral maupun enteral (ASPEN, 2002;
Ziegler et al, 2002).
2.2 Indikasi Nutrisi Parenteral :
- Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.
- Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat, status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri mesenterika, diare berulang.
- Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan, pseudo-obstruksi dan skleroderma.
- Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada gangguan makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum.
2.3
Jenis-jenis cairan nutrisi parenteral
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi
(syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap
liter asering mengandung:
- Na 130 mEq
- K 4 mEq
- Cl 109 mEq
- Ca 3 mEq
- Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
- Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
- Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
- Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
- Mempunyai efek vasodilator
- Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
KA-EN
1B
Indikasi:
- Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
- < 24 jam pasca operasi
- Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
- Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN
3A & KA-EN 3B
Indikasi:
- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
- Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN
MG3
Indikasi
:
- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium 20 mEq/L
- Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN
4A
Indikasi
:
- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
- Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi
(per 1000 ml):
- Na 30 mEq/L
- K 0 mEq/L
- Cl 20 mEq/L
- Laktat 10 mEq/L
- Glukosa 40 gr/L
KA-EN
4B
Indikasi:
- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
- Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
- Na 30 mEq/L
- K 8 mEq/L
- Cl 28 mEq/L
- Laktat 10 mEq/L
- Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
- Untuk resusitasi
- Kehilangan Na > Cl, misal diare
- Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
- Resusitasi
- Suplai ion bikarbonat
- Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
- Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
- Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
- Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
- Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
- Stres metabolik berat
- Luka bakar
- Infeksi berat
- Kwasiokor
- Pasca operasi
- Total Parenteral Nutrition
- Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
- Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
- Penderita GI yang dipuasakan
- Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
- Stres metabolik sedang
- Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN
G
Indikasi:
- Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
- Nitrisi dini pasca operasi
- Tifoid
2.4 Pengelolaan nutrisi Parenteral
· Kebutuhan Biologik Normal:
Kalori: 25-30 kcal/BB/hari (mis.BB 70 kg = 1750-2100). Sumber kalori ini
terbagi berdasarkan sumbernya sebagai berkut:
50% = karbohidrat
30% = protein
20% = lemak
· KEBUTUHAN
ENERGI
Energi
expanditure harus dihitung agar keseimbangan nitrogen yang lebih baik dapat
dicapai dan dipertahankan. Metode yang digunakan untuk menghitung kebutuhan
energi ada dua cara yaitu dengan rumus Harris-Benedict dan indirect-calorimetry
dengan expired gas analysis.
Harris-Benedict mengkalkulasikan kebutuhan energy seseorang dalam keadaan istirahat, nonstres, setelah puasa overnigt. Pada keadaan metabolic-stress, maka harus dikalikan stress faktor.
Rumus Harris - Benedict.
Harris-Benedict mengkalkulasikan kebutuhan energy seseorang dalam keadaan istirahat, nonstres, setelah puasa overnigt. Pada keadaan metabolic-stress, maka harus dikalikan stress faktor.
Rumus Harris - Benedict.
Pr. BEE = 665 +
9,6 BB + 1,7 TB - 4,7 U
Lk BEE = 66 +
13,7 BB + 5 TB - 6,6 U
BEE = K cal/
hari BB: kg TB: cm U ; Thn
Perhitungan
diatas mungkin sulit diaplikasikan maka untuk penggunaan klinis sehari-hari
nilai BEE = 25 -30 k cal/Kg/hari tidak jauh berbeda dengan nlai yang didapat
bila kita menggunakan rumus Harris Benedict.
Indirect-calorimetry.
Walaupun memberi hasil yang lebih akurat tetapi oleh karena membutuhkan pemeriksaan laboratorium, teknologi dan mahal maka jarang digunakan untuk perhitungan sehari-hari.
Walaupun memberi hasil yang lebih akurat tetapi oleh karena membutuhkan pemeriksaan laboratorium, teknologi dan mahal maka jarang digunakan untuk perhitungan sehari-hari.
·
KARBOHIDRAT
SEBAGAI SUMBER ENERGI
Kebutuhan Karbohidrat: 100-200 gram/ hari. Beberapa hal yang perlu diingat tentang manfaat
karbohidrat yaitu:
Ø Mengurangi katabolisme protein
Ø Mengurangi penumpukan keton bodies akibat
metabolisme fat.
Ø 1 gram karbohidrat = 4,1 kcal
Ø 1 gram fat =
9,3 kcal
Jika karbohidrat hanya berasal dari cairan dektrose 5% atau 10% maka dalam
:
1000 cc D5 = 50 gram =
205 kcal
1000 cc D10 = 100 gram =
410 kcal
Dapat dilihat bahwa
pemenuhan kalori hanya dari larutan dextrose dengan isoosmolaritas saja tidak
cukup, dengan demikian perlu tambahan kalori dari sumber lain misalnya emulsi
lemak atau dengan karbohidrat jenis lain atau dengan konsentrasi yang lebih
tinggi. Kebutuhan kalori ini perlu juga disesuaikan dengan:
· Jumlah kebutuhan cairan harian (maintenance)
· Kebutuhan elektrolit terutama Na+ dan
K+
· Protein dan lemak
· Osmolaritas yang dapat ditoleransi vena perifer
yaitu < 800 mOsm.
Suatu hal yang sangat penting dalam pemberian dekstrose/glukose adalah
karbohidrat jenis ini bersifat insulin dependent. Dengen demikian pemberiannya
harus dimulai dengan konsentrasi yang rendah dan ditingkatkan secara perlahan
dan harus merata dalam 24 jam. Penghentian pemberian dextrose secara mendadak
atau tidak teratur dapat menyebabkan kadar gula darah yang turun tiba-tiba.
Penjelasan hal ini adalah sebagai berikut; saat pemberian dekstrose konsentrasi
tinggi kadar insulin juga tinggi dan saat konsentrasi pemberian diturunkan,
insulin yang tinggi (overshoot insulin) dapat menyebabkan hipoglikemia
akut. Bila ada ketidakmampuan insulin daat terjadi hiperglikema. R/ Triofusin
yang mengandung dextrose, fruktose dan xylitol, jarang menyebabkan
hiperglikemia ataupun tambahan insulin.
· EMULSI LEMAK
INTRAVENA
Pemberian lemak
intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial (terutama asam linoleat)
juga sebagai subtrat sumber energi pendamping karbohidrat terutama pada kasus
stress yang meningkat. Bila lemak tidak diberikan dalam program nutrisi
parenteral total bersama subtrat lainnya maka defisiensi asam lemak rantai
panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh dengan gejala klinik bertahan
sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini diberikan 500 ml emulsi lemak
10 ml paling sedikit 2 kali seminggu. Asam lemak esensial berperan dalam fungsi
platelet , penyembuhan luka, sintesa prostaglandin dan immunocompetence. Oleh
karena ada keuntungan bila diberikan bersama-sama dengan glikosa sebagai sumber
energi dianjurkan 30 -40 % dari total kalori diberikan dari lemak. Ada bukti
infus lemak merata 24 jam lebih baik dan lebih dipilih dibanding pemberian
intermitten. Direkomendasikan untuk tidak memberikan > 60% kalori total
diambil dari subtrat lemak. Sebagai pegangan jangan berikan porsi lemak > 2
gr / kg BB /hari. Sebaiknya lakukan pemeriksaan kadar triglised plasma sebelum
pemberian emulsi lemak intravena sebagai data dasar .
Preparat emulsi
lemak yang beredar ada dua jenis, konsetrasi 10% ( 1 k cal /ml ) dan 20 % ( 2 k
cal / ml ) dengan osmolalityas 270 - 340 m Osmol /L sehingga dapat diberikan
melalui perifer.
Kontra indikasi absolut infus emulsi lemak adalah trigliserit 500 mr/l ,Kolesterol 400 mg/l . kontraindikasi rtelatis : Trigeliderit 300 - 500 mg/l. Kolesterol 300 - 400 mg/l ganggguan berat faal ginjal dan hepar .
Kontra indikasi absolut infus emulsi lemak adalah trigliserit 500 mr/l ,Kolesterol 400 mg/l . kontraindikasi rtelatis : Trigeliderit 300 - 500 mg/l. Kolesterol 300 - 400 mg/l ganggguan berat faal ginjal dan hepar .
Contoh larutan lemak Misalnya R/Ivelip. Larutan ini tersedia dalam beberapa kemasan
dengan konsentrasi 10% dan 20%. Satu liter larutan 20% mengandung 2000 kcal
dengan osmolaritas yang rendah yaitu 270 mOsm. Pada botol 250 cc yang
mengandung 50 gram lemak mengandung 500 kcal dengan osmolaritas yang sama.
Larutan 20% dengan kemasan 250 cc atau 100 cc lebih disukai oleh karena mudah
dalam pengaturannya.
·
PROTEIN / ASAM AMINO
Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat
dan lemak , tubuh masih memerlukan asam amino untuk regenerasi sel , enzym dan
visceral protein. Pemberian protein untuk menjaga balance nitrogen positif, dimana protein
berfungsi untuk regenerasi sel, enzim, dan berbagai reaksi biologis dalam
tubuh. Untuk itu diperlukan 1 gram /BB/ hari. Yang paling diperlukan L-asam
amino, oleh karena proses pembentukan protein lebih cepat. Perlu diingat
larutan asam amino juga mengandung karbohidrat dan elektrolit. Pemberian
asam amino/protein saja tanpa diberikan kebutuhan kalori, menyebabkan asam
amino dirobah menjadi energi melalui jalur glukoneogenesis. Dengan demikian
pada pemberian asam amino yang bertujuan menjaga balance nitrogen positif,
perlu ada ”perlindungan” kalori
25 kcal tiap 1 gram asam amino. Misalnya pada pemberian asam amino/protein 50
gram, dibutuhkan 1200 kcal atau 300 gram karbohidrat. Jika asam amino bertujuan
sebagai “nitrogen sparing effect” dimana menjaga agar protein viscera
atau otot tidak dirobah menjadi kalori, jadi balance nitrogen sama dengan nol,
maka tidak perlu diberikan kalori.
Larutan asam amino pada
umumnya bersifat hiperosmotik, oleh karena itu pada pemberian melalui vena
perifer perlu dilakukan pengenceran misalnya dengan dekstrose, atau dipilih
asam amino dengan konsentrasi rendah. Contoh yang ada dipasaran R/
Aminofusin L-600 dimana kandungan tiap 1000 cc sebagai berikut:
Asam amino = 50 gram
Karbohidrat = 100 gram
Na+ = 40 mmol
K+ = 30 mmol
Osmolaritas = 1.100 mOsm
R/ Pan
Amin G:
Asam amino = 27,2 gram
Karbohidrat = 50 gram
Na+ dan K+ = tidak ada
Osmolaritas = 507 mOsm
2.5 Hal yang harus diperhatikan selama pemberian
Pemberian nutrisi
parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-bedah/trauma. Jika keadaan
membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian paling cepat 24 jam
pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan kadar
gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl. pada penderita non diabetik,
nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
· 24 jam pasca-bedah/trauma
· gagal napas
· shock
· demam tinggi
· brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena pemberian
melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam lebih
besar. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai
sumber kalori. Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan dan multak ada
dekstrose, sehingga mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori
lain adalah emulsi lemak. Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi
sama banyak dalam hal jumlah kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200
maka perhitungannya sebagai berikut:
600 kcal = glukosa 150 gram
600 kcal = fat 70 gram
Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan hiperglikemia. Pemberian
emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya diberikan seminggu sekali. Lebih
baik jika dilakukan pemeriksaan fungsi hepar secara teratur.
Contoh:
Hari I : (masa stabilisasi) cukup
diberikan kristaloid (RL atau Ringer Asetat)
Hari II : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin
3,5% 500 cc maka:
Cairan : 2000 cc
Asam amino : 17,5 gram
Energi : 870 kcal
Na+ : 30,8 mEq
K+ : 15 mEq
Osmolaritas : 745 mOsm
Data ini menunjukan kekurangan natrium dan kalium. Untuk itu dapat
ditambahkan Kcl 15-20 cc (15-20 mEq) atau sesuai data laboratorium, sedangkan
natrium dapat ditambahkan NaCl 3% 200 cc yang mengandung 105 mEq Na+.
NaCl 3%=513 mEq Na+/L
Hari III : Triofusin 500
sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 1000 cc + Ivelip 10% 100 cc.
Contoh ini dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai kebutuhan. Perlu diingat
larutan yang mengandung dektrose harus diberikan terus-menerus. Dengan demikian
dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang daat diberikan selang
seling. Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai dengan
komposisi berbagai jenis cairan yang ada dipasaran termasuk osmolaritasnya.
KONSEP YANG PERLU DISAMAKAN PADA PARENTERAL
NUTRISI
1.Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer
dapat menerima sampai maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin
hipertonis) maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk
cairan > 900 - 1000 mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava,
subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar dan cepat dapat mengencerkan
tetesan cairan NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena.
Jika tidak tersedia kanula vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah
(larutan encer) lewat vena perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum
memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut (
tercatat disetiap botol cairan ) Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat
mudah deep vein trombosis dengan resiko teromboemboli yang tinggi.
2. Memberikan protein tanpa kalori karbohidrat
yang cukup.
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada
adalah dektrose. Otak dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika
tidak tersedia terjadi gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi
lebih dulu. Diperlukan deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi
basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim
dan viseral protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar
asam amino tersebut tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram
Nitrogen harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen
setara 6,25 gram protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal =
1200 kcal atau 300 gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak
ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori .
Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan
kalori belum dipenuhi
3.Tidak melakukan perawatan aseptik.
Penyulit trombplebitis karena iritasi vena
sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman
sering ditemukan adalah flora kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau ganti
penutup luka infus
2.6 Komplikasi
dan Monitoring / Pemantauan penderita
Kemajuan dan kemunduran keadaan umum penderita
dipantau setiap harinya, termasuk keseimbangan cairan dan elektrolitnya (bila
fasilitas ada). Pemberian terapi intravena
menghadapkan pasien dengan berbagai risiko komplikasi lokal atau
sistemik. Komplikasi lokal seperti flebitis, infiltrasi dan penyumbatan
kanula terjadi lebih sering daripada komplikasi sistemik yang mencakup
hiperglikemia, septikemia, kelebihan beban sirkulasi dan emboli. Oleh karena
itu, pemantauan dan perawatan kateter merupakan komponen penting dalam
pemberian cairan intravena.
1. PEMANTAUAN LOKASI PERIFER
Parameter yang harus dipantau meliputi: wadah
cairan, selang infus, laju pemberian, alat infus elektronik (jika digunakan), dressing,
dan tempat insersi. Frekuensi pemantauan vena perifer tergantung pada terapi
yang diresepkan, kondisi dan usia pasien. Tempat pemasangan infus harus
dipantau setiap 1 sampai 2 jam. Pasien, anak, geriatri dan kritis memerlukan
penilaian lebih sering. (1)
Wadah Larutan Infus
Penilaian sistemik berawal dari wadah cairan
dan berlanjut ke selang infus sampai ke alat akses pembuluh darah dan tempat
insersi. Jenis larutan dan obat yang ditambahkan dicocokkan dengan instruksi
dokter dan informasi yang tercetak pada label wadah. Wadah harus diberi
label tanggal dan jam infus dipasang. Banyak cara bisa digunakan untuk memberi
label jam infus digantung dan laju infus. Stiker tidak boleh ditempel
menutupi informasi yang tercetak pada wadah. Wadah tidak boleh diberi label
dengan menulis dengan pena atau spidol, karena tinta bisa menembus plastik dan
bocor ke larutan intravena. Selanjutnya perhatikan sisa larutan dalam wadah.
Perawat menentukan berapa banyak cairan seharusnya tinggal dalam wadah
berdasarkan laju pemberian yang diinstruksikan dan waktu yang
ditunjukkan. Kita harus menyadari bahwa infus set dari berbagai pabrik
memiliki jumlah tetesan berbeda setiap ml (bisa 15 atau 20 tetes per ml). Jika
anda berikan larutan infus dengan laju 20 tetes /menit menggunakan infus set 15
tetes/ml, maka ini sesuai dengan 80 ml per jam. Tampilan juga diperhatikan;
harus jernih dan bebas dari kekeruhan dan partikel. Larutan dalam botol kaca
membutuhkan infus set dengan ventilasi atau perlu jarum udara.
Selang Infus
Selang yang tepat harus dipasang dengan wadah
dan pompa infus. Bila digunakan infus set biasa, ketinggian wadah sebaiknya
antara 30 sampai 36 inci(76-100 cm) di atas pasien. Bila wadah ditinggikan,
laju aliran akan bertambah. Laju aliran juga bisa berubah dengan perubahan
posisi pasien. Jika tempat suntikan terletak di dekat daerah fleksi, setiap
pasien menekuk lengan atau pergelangan tangan, laju aliran berubah sehingga
menyebabkan hantaran cairan dan obat tidak tepat. Beberapa faktor lain bisa
mengubah laju aliran, sebagai berikut:
- Viskositas cairan : darah, emulsi lemak, atau larutan koloid (misal albumin dan dekstran). Mungkin perlu kanula lebih besar dan hindari vena kecil (misal vena punggung tangan)
- Temperatur larutan: larutan dingin bisa menginduksi spasme vena dan memperlambat aliran
- Infiltrasi, flebitis atau trombus
Dressing infus
Dressing dipantau untuk memastikan tetap
kering, tertutup dan utuh. Dressing yang utuh berarti pinggir-pinggirnya rapat
ke kulit. Jika dressing lembab atau integritasnya tidak baik maka harus segera
diganti. Dewasa ini ada dressing transparan dan memiliki keuntungan cepat
mendeteksi tanda dini flebitis dan infiltrasi.
Tempat insersi
Blanching
Blanching adalah keputihan mengkilat pada
tempat insersi. Ini merupakan petunjuk adanya infiltrasi, atau kebocoran cairan
ke jaringan. Jika ada kebocoran pada tempat insersi, pemasangan infus harus
diulang. Pembahasan terpisah mengenai infiltrasi dan flebitis
telah diunggah pada situs ini dan bisa diakses.
2. PEMANTAUAN KOMPLIKASI METABOLIK
Komplikasi metabolik terkait dengan nutrisi
parenteral bisa serius, tetapi bisa diminimalkan dengan pemantauan adekuat.
Komplikasi metabolik akut mencakup defisiensi elektrolit, khususnya kalium,
magnesium, fosfor dan kalsium. Defisiensi elektrolit ini lazim dijumpai namun
bisa dicegah dengan pemantauan adekuat terhadap kadar plasma. Begitupula halnya
dengan defisiensi trace element dan vitamin, khususnya tiamin. Kelebihan
glukosa bisa memperburuk hiperglikemia, yang diikuti dengan prognosis buruk
setelah operasi jantung, infark miokard dan stroke. Hiperglikemia juga bisa
mengganggu fungsi leukosit sehingga meningkatkan angka infeksi nosokomial.
Hipertriglieridemia bisa meningkatkan risiko steatosis hepatis (perlemakan
hati). Pemberian infus lipid selama kurun 4-8 jam bisa mengakibatkan hipertensi
pulmoner. Trigliserida serum harus diukur sebelum memulai nutrisi parenteral
dan sekali seminggu sesudahnya. Sebelum pemberian nutrisi parenteral, pasien
dengan gagal ginjal lebih rentan terhadap uremia dan pada mereka dengan deplesi
volume rentan terhadap asidosis metabolik. (2)
Pada artikel ini, hanya komplikasi metabolik
akut yang disorot.
Definisi komplikasi metabolik akut yang terkait
dengan terapi cairan/nutrisi parenteral (3)
a kadar > 2 kali nilai baseline normal
mencerminkan kelebihan nutrien. Disadur dari Buzbyetal. Am J Clin Nutr
1988;47:366–81
REKOMENDASI JADWAL PEMANTAUAN PASIEN YANG
MENDAPAT NUTRISI PARENTERAL (4)
ALP, alkaline phosphatase; ALT, alanine
transaminase; AST, aspartate transaminase; BUN, blood urea nitrogen; CBC,
complete blood count
†Periode sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum stabil. ‡ Setelah stabil, tidak ada perubahan komposisi nutrien.
†Periode sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum stabil. ‡ Setelah stabil, tidak ada perubahan komposisi nutrien.
Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah petanda independen dari
prognosis buruk dalam berbagai setting klinis, termasuk sindrom koroner akut,
bedah jantung, dan persalinan.
Pada pasien tanpa riwayat DM, hiperglikemia
jarang diinduksi oleh glukosa parenteral bila laju pemberian maksimum 4
mg/kg/menit. (5) Jika laju ini diterjemahkan kedalam
ml/kg/jam, ini sesuai dengan 2.4 ml glukosa 10%/kg/jam atau 3.2 ml
glukosa 7.5% /kg/jam.
Oleh karena itu, larutan parenteral yang
mengandung glukosa 7.5% (misal Aminofluid®) tidak akan
menginduksi hiperglikemia pada pasien 60 kg sepanjang laju pemberian 80
ml/jam (yang jauh di bawah maksimum 192 ml/jam).
Risiko hiperglikemia meningkat dengan obat-obat
: kortikosteroid, gatifloxacin, atypical antipsychotics (dengan
pengecualian Abilify®), protease inhibitors, diuretik tiazid,
niacin, lithium, rifampin, phenytoin, dan obat-obat injeksi yang dicampur ke
larutan dekstrosa.
Hipertrigliseridemia
Pasien-pasien yang mendapat TPN perlu
pemantauan kadar plasma lipid (trigliserida) yang diukur sebelum dan
selama memulai TPN. Ini memiliki kepentingan khusus pada pasien yang memiliki
risiko tinggi untuk gangguan bersihan lemak, misal hiperlipidemia,
diabetes, sepsis, atau pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati, dan
pasien sakit kritis (7)
Sekarang ini ada kecenderungan meningkatkan
rasio glukosa: lemak dari 50:50 menjadi 60:40 atau bahkan 70:30 total
NPC, karena masalah-masalah yang dijumpai mengenai hiperlipidemia dan
perlemakan hati, yang kadang-kadang diikuti oleh kolestasis dan pada sebagian
pasien dapat berlanjut menjadi steatohepatitis non-alkoholik(Grade C). (8)
Kerugian-kerugian yang tepat dari perlemakan
hati dan hipertrigliseridemia belum diketahui. Pada kepustakaan dipastikan
bahwa hipertrigliseridemia merupakan faktor risiko untuk berkembangnya
arteriosklerosis dan infusi akut dari emulsi lemak yang berisi trigliserida
rantai panjang (long-chain triglyceride (LCT)) mengurangi kemampuan relaksasi
pembuluh darah. Kekhawatiran utama bahwa infus lemak bisa mengganggu
respons imun tidak didukung oleh meta-analisis terbaru. Namun, banyak ahli
menganjurkan menghindari kadar trigliserida lebih dari 5 mmol/dL, walaupun
data yang mendukung kurang. Bila kadar ini dicapai dianjurkan oleh banyak
ahli di bidang ini untuk mengurangi kandungan lemak (terutama omega-6) pada
nutrisi parenteral atau untuk sementara menghentikan lemak. Pada kasus defisit
energi tidak dianjurkan menambah glukosa lebih banyak karena ini bisa melampaui
kapasitas oksidasi pasien.
2.7 Penghentian
Nutrisi Parental
Penghentian
nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk mencegah
terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah melangkah mundur
menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral dinaikkan kandungan
subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat (2/3 dari jumlah
kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk
pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui
saluran pencernaan. Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan
nutrisi enteral lewat usus yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi
kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi
enteral yang mudah dicerna.
Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman
jika megikuti pedoman yang tepat. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi
terhadap perubahan mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan
memberi beban yang berlebihan.
Pemantauan yang baik terhadap terapi cairan dan
nutrisi parenteral paling tidak sama penting dengan pemilihan larutan
intravena. Pencegahan dan pengenalan tanda dini komplikasi lokal dan metabolik
akan memfasilitasi kesembuhan dan menghindari beban yang tidak perlu ditanggung
oleh pasien.
.
3.2 Saran
Pada pemberian nutrisi parenteral, lakukan
pemantauan yang tepat untuk menghindari komplikasi. Jika fungsi pencernaan
pasien sudah normal lebih baik mencoba untuk memberikan nutrisi secara oral.
0 Comment:
Posting Komentar